Perang ide dan penemuan2 baru akhir2 ini semakin membuktikan salah satu pepatah "Semakin Engkau Mengetahui, Semakin Banyak
Pula Yang Tidak Kau Ketahui".
Ketika Albert Einstein mengatakan bahwa dunia ini diciptakan Tuhan dengan Grand Design (Lauh Mahfudz), yang jelas ada walaupun
manusia belum mengetahui semuanya.
Tak lama kemudian Werner Heisenberg muncul dengan Uncertainty Theory-nya yang mengatakan bahwa dunia bisa saja hanyalah
suatu kebetulan belaka, karena tidak ada bukti2 menyakinkan akan adanya superior intelligent yang berada di balik adanya alam
semesta.
Sebagai sebuah perbandingan, bumi kita adalah planet berpenghuni dalam tata surya matahari, ukurannya 1300 kali lebih kecil
dari matahari, dan matahari adalah salah satu anggota dari galaksi Bima Sakti. Sedangkan Bima Sakti mempunyai ratusan milyar
matahari, yang banyak diantaranya berukuran lebih besar dari matahari, bahkan jauh lebih besar. Bima Sakti mempunyai saudara
galaksi2 lain yang jumlahnya tak kurang dari ratusan milyaran galaksi, yang juga banyak diantaranya lebih besar dari Bima
Sakti. Galaksi, planet, bintang, meteor, komet, black hole, dan semua materi yang bisa terlacak, dan tentunya terbuat
dari atom ternyata hanyalah membentuk 4% dari keseluruhan semesta. Sedangkan 23% materi pembentuk alam adalah dark matter,
yang pasti ada tapi kita tidak tahu apa itu dan hanya bisa kita deteksi karena pengaruhnya saja terhadap semesta. 73% sisanya
adalah dark energy, yang sama sekali kita tidak tahu apa itu. Tetapi justru dark energy itulah yang selama ini membuat alam
semesta ini meluas ke segala penjuru.
Benarkah Tuhan begitu bodohnya menciptakan makhluk bernama manusia di alam yang begitu luasnya dan menjadikannya makhluk
terbaik di alam semesta ini..?
Benarkah bumi diciptakan Tuhan untuk berpenghuni, ataukah itu hanya kebetulan saja?
Benarkah manusia makhluk pandai, ataukah makhluk paling bodoh yang ada di semesta ini..(yang menyelidiki tata suryanya
sendiri saja belum rampung)...?
Sudahkah manusia benar menganggap dirinya sebagai makhluk superior di bumi bahkan di semesta ini...?
Perjalanan untuk mencari jawaban ini memang masih terlalu jauh, tetapi jelas bahwa agama dan budaya yang kita punya tidak
memberikan jawaban memuaskan. Jawaban yang disajikan oleh agama dan budaya kita hanyalah counterattack dan reaksioner saja,
tanpa landasan teori dan bukti yang nyata.
Dan jawaban atas pertanyaan ini mungkin bisa saja menyakitkan, bahwa sebenarnya kita, manusia yang selama ini menyatakan
diri sebagai makhluk superior, ternyata hanyalah dzarrah, titik kecil yang tak berarti.
Wallahu A''lam bishshowab.