Malam, kuingat dalam lembayung rasa, kau bertanya,
"Apakah itu Cinta...?"
Menggeliat jiwaku menyadari sekian lama bahwa aku hidup tanpa cinta. Pernah suatu saat cinta menghampiriku,
sewangi kasturi surga nafasnya mengalir menuju delta hatiku. Tapi dengan kepongahan, aku menghentikan alurnya.
Cinta itu belum seindah yang kubayangkan.
Cinta itu sempurna dalam keterbatasan fikirku.
Sesempurna peri2 surga Tuhan nan cantik jelita, yang mata binarnya dapat menembak pusat jantungmu hingga
kau mati dalam kenikmatan, yang lambaiannya sesejuk angin Firdaus di musim semi yang hangat, yang senyumnya semenggoda Hawa
menghujani syaraf-2 cinta Adam, yang lekuknya membentuk rangkaian desiran hasrat nafsu dan cinta sejati.
Cinta itu tak bercacat dalam batas bayangku.
Laksana pangeran gagah perkasa yang memenangkan setiap pergulatannya, yang pesonanya membawa wanita2 negeri
terlalui bertekuk lutut mengiba tetesan kasihnya, yang pedangnya mengkilatkan kekuasaan kerajaan kewibawaan.
Malam, kenapa kau buyarkan lamunan cinta yang telah menidurkanku selama musim dingin, kenapa kau siram kolam
asmaraku yang telah penuh bunga dengan makna baru...?
....................................................................................
Jawab atas tanya itu ternyata terselip dalam senyapnya sepertiga malam terakhir dimana diam adalah satu2
nya pilihan.