Dunia ribut, dimana2 antrian panjang mewarnai kota2 besar sampai desa terpencil, hari ini adalah
hari dimulainya pendaftaran resmi untuk agama baru. Segera agama baru ini menjadi tren yang tak dapat dibendung lagi, segera
mengalahkan pamor agama2 yang sudah lama ada. Penganutnya terdiri dari semua golongan, dari presiden sampai tukang sampah,
pria dan wanita, tua bangka sampai anak2 kecil, semua begitu gandrung dengan agama baru ini. Mereka rela berjam2 mengamalkan
ajaran2 agama baru itu dengan senang hati, dan tentu saja banyak dari mereka begitu fanatiknya sehingga rela menyerahkan apa
saja, bahkan nyawa demi agama baru ini. Sebenarnya, sejak lama agama ini dilarang, banyak yang bilang, agama harus punya orang
yang membawanya, baik itu nabi atau orang2 suci lainnya. Agama harus punya serangkaian mekanisme yang jelas, punya ajaran
tentang hidup setelah mati, punya surga dan neraka. Tapi siapa perduli, justru agama baru yang tak banyak punya peraturan,
selain peraturan untuk jujur dan tidak bermain kotor inilah yang banyak diminati. Apa lacur, akhirnya pihak berwenang pun
akhirnya harus mengijinkan agama baru ini terdaftar resmi. Buku2 dan ensiklopedia pun harus menambah daftar mereka.
Untuk
memperingati berdirinya agama baru ini, akan diadakan perhelatan akbar pertandingan indoor, ada pula yang menyebutnya futsal.
Ini mengingat animo yang begitu besar dari seluruh dunia untuk menghadiri pertandingan ini, akhirnya karena tidak ada satupun
stadion di dunia yang mampu menampung pengunjung dengan jumlah yang sangat besar, maka diputuskan pertandingan ini diadakan
di dalam stadion kecil dan disiarkan secara langsung ke seluruh dunia secara langsung. Perayaan besar itupun datanglah, dua
tim tangguh sudah siap saling beradu strategi dan kemampuan.
Tim A dengan pemain2 yang sudah tak asing lagi malang
melintang dalam dunia manusia, di bagian belakang sebagai penjaga gawang ada Zarathustra. Gelandang kanan sekaligus back Yesus,
gelandang kiri sekaligus back Bahaullah, di bagian striker ada dua striker kawakan yang terkenal dengan tendangannya yang
maut, Muhammad dan Plato. Di bangku cadangan tim A, ada tiga nama yang juga sudah tak asing lagi, Guru Nanak, Saladin dan
Sai Baba.
Tim B adalah tim underdog, tim yang relatif baru, tetapi karena kesolidan mereka dan kekuatan taktik mereka,
tentu akan menyajikan pertandingan menarik malam ini. Sebagai penjaga gawang, adalah Karl Marx yang walaupun desas-desusnya
hidup beberapa bulan tanpa gaji dari klubnya, tetapi tetap dengan rela bermain dengan klubnya, karena memang kepemilikan klub
ini adalah kepemilikan bersama, terutama pemain2nya dan masyarakat kelas bawah. Sebagai gelandang kanan sekaligus back ada
Nietszche, sedangkan di sebelah kiri ada Aristoteles. Striker andalan klub ini masih tetap sama, duo terkenal Einstein dan
Sidharta. Di bangku cadangan ada dua nama yang tidak begitu dikenal khalayak ramai, yaitu Baruch Spinoza dan Jaini. Satu pemain
juga dicadangkan karena sedang cedera otot kaki yaitu Charles Darwin.
Pengamanan pertandingan begitu ketat, hanya
orang2 tertentu saja yang dengan acak dipilih untuk bisa menonton secara langsung pertandingan ini. Tidak boleh membawa apapun,
baik itu pamflet, spanduk, bahkan bendera kecil pun tidak boleh. Tetapi walaupun begitu, di luar stadion sudah banyak kerumunan
massa yang menjagokan tim masing2. Banyak sudah bendera2 besar bertebaran di tepi jalan, ada bendera bergambar bulan bintang,
ada palu arit, palang salib, swastika, dan lain sebagainya. Tetapi tentu saja mereka tidak boleh masuk ke dalam stadion, satu2nya
bendera yang ada di dalam stadion adalah sebuah bendera berukuran 4x5 meter berwarna biru yang bergambarkan bulatan menyerupai
bola ditengahnya. Di dalam bulatan ada tulisan melingkar " Love n Peace".
Priiiiiiiitttttttttttttttttt...............pertandingan
pun dimulai.................
Tim A tampil menyerang lebih dulu, umpan2 dari Yesus kepada Muhammad atau Plato berkali2
membahayakan gawang yang dijaga Karl Marx. Setelah sepuluh menit pertandingan berlangsung, tim B mulai kedodoran di bagian
pertahanan. Nietszche berulang2 membiarkan Muhammad lepas dari penjagaannya, Muhammad berlari lebih kencang daripada Nietszche.
Tetapi penyelamatan2 Marx memang luar biasa, sehingga gawang yang dia jaga masih belum kebobolan. Menit ke 20, Yesus memberikan
umpan silang kepada Plato, yang kemudian disambut dengan tendangan salto, tetapi meleset di samping gawang Marx. Beberapa
menit kemudian, Plato mendapatkan kesempatan bagus dan lepas dari pengamatan Marx, segera dia melepaskan tendangan jarak jauh,
ah namun sayang membentur mistar gawang. Tetapi Muhammad segera menyambar bola muntahan itu dan memasukkan ke gawang Marx,
dan kedudukan pun menjadi 1-0 untuk Tim A. Sorak sorai pendukung meluap, Tim A menunjukkan kelasnya sebagai tim papan atas.
Pelatih tim B segera bertindak, Nietszche segera ditarik dari lapangan, penyakit siphilis yang dideritanya memang sudah akut,
dan itu memang mempengaruhi staminanya. Spinoza segera masuk menggantikan Nietszche, pemain kelahiran Amsterdam ini memang
lebih dikenal sebagai pemain tanpa pusar, karena staminanya yang kuat dan lain dari Nietszche, walaupun tinggal di Amsterdam,
dia tidak pernah bermain esek2 dengan pelacur.
Setelah unggul 1-0, tim A segera menurunkan tempo permainan, mereka lebih cenderung bermain
bertahan. Taktik catenaccio yang dipilih memang efektif, menjelang turun minum, kedudukan masih tetap 1-0 untuk keunggulan
tim A. Rupanya taktik mereka untuk mengunci Einstein berhasil, Einstein hampir tidak dapat menyentuh bola lebih dari 5 detik.
Selain itu Sidharta selalu ditempel ketat oleh Bahaullah. Taktik bertahan disertai sesekali menyerang ini memang menjadi andalan
tim A.
Setelah 10 menit turun minum, babak kedua pun dimulai. Tim B sekarang yang tampil menyerang, keempat pilar
tim B bekerja ekstra keras. Mereka rupanya menerapkan taktik total football, yang walaupun sangat menguras energi, tapi rupanya
mereka tidak punya pilihan lain. Berkali2 tim B mencoba menembus pertahanan tim A, tetapi selalu gagal. Bahkan beberapa serangan
balik dari Tim A sempat membahayakan gawang tim B. 10 menit menjelang pertandingan usai, assist yang sangat bagus sekali dari
Sidharta, langsung menusuk jantung pertahanan tim A. Einstein menggiring bola sebentar, mengecoh Yesus dan akhirnya diselesaikan
dengan manis oleh Einstein. Kedudukan pun sekarang sama 1-1. Stadion tiba2 gemuruh, para pendukung tim A merasa tidak puas.
Mereka melempar2 kan botol2 ke lapangan, sementara itu di luar gedung, terjadi keributan luar biasa. Pendukung tim A dan tim
B bentrok, petugas keamanan segera datang untuk meredakan suasana. Di dalam stadion, semakin banyak lemparan2 yang masuk ke
lapangan, disertai dengan sorakan cemoohan. Wasit menghentikan sementara pertandingan, untuk meredakan suasana. Wakil dari
tim A, Yesus dan wakil tim B, Karl Marx segera mengambil gerakan sigap. Mereka menyerukan kepada para penonton untuk segera
tenang, karena tujuan pertandingan ini adalah persahabatan dan pengertian, bukan kerusuhan dan keributan.
Setelah
suasana agak tenang, pertandingan pun diteruskan. Walaupun di luar stadion, keributan masih terus terjadi. Petugas keamanan
sampai kuwalahan meleraikannya. Para pemain kedua tim sudah agak kehilangan konsentrasi, terutama tim A sudah mulai agak frustasi
karena catenaccio mereka mendapat counter attack yang efektif dengan total football. Berkali2 serangan mendadak 4 pilar tim
B membahayakan gawang yang dijaga Zarathustra. Kedudukan masih 1-1 saat injury time. 3 menit extra diberikan. Tim B masih
terus mendesak pertahanan tim A, hingga saat Yesus kehilangan kontrol atas bola dan direbut oleh Aristoteles, dengan kecepatan
tinggi Ary (panggilan Aristoteles) segera menunjukkan individual skill nya yang luar biasa. Dia berhasil menggiring bola sampai
ke titik penalti, sebelum akhirnya dijegal oleh Plato dari belakang. Tackle Plato cukup keras sehingga Ary kelihatan kesakitan,
wasit segera menunjuk titik putih. Tim B mendapatkan hadiah tendangan penalty, hanya beberapa detik sebelum pertandingan berakhir.
Ary protes kepada wasit, seharusnya Plato yang notabene orang yang pernah mengajari Ary sepak bola diberi ganjaran kartu kuning
atau bahkan kartu merah. Tetapi wasit tak bergeming, Tim B hanya mendapat penalty. Stadion menjadi ribut tidak karu2an, penonton
semakin banyak melemparkan semua barang ke dalam lapangan, bahkan ada yang terlihat mencabut bangku penonton dan melemparkannya
ke dalam lapangan. Tetapi wasit memutuskan melanjutkan pertandingan, tendangan penalty diambil oleh Einstein. Dengan penuh
percaya diri, Einstein melesakkan bola ke pojok gawang. Zarathustra hanya terlihat terdiam bengong. Kegembiraan meledak, tim
B bersorak sorai karena kemenangan gemilang ini. Tetapi di luar lapangan keributan semakin menjadi2, hooligan agama ini ternyata
tak hanya membuat keributan dengan fans tim B, tetapi juga membikin keributan di antara mereka sendiri. Sebagian menyalahkan
yang lain karena blunder yang dibuat tim A menjelang akhir pertandingan. Terdengar teriakan2 dan mulai timbul korban jiwa.
Wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai, pemain kedua tim mulai bertukar pakaian dan saling berpelukan.
Karl Marx kelihatan malah bercanda dengan Yesus, di pojok lapangan kelihatan Muhammad dan Ary sedang kelihatan serius membicarakan
sesuatu. Tiba2 Muhammad dan Ary memanggil rekan tim masing2 untuk segera berkumpul. Setelah membentuk lingkaran seperti akan
bertanding kembali, kedua tim beserta pemain cadangan berjalan ke tengah lapangan. Keributan masih terus berlangsung, baik
di dalam stadion maupun di luar.
Muhammad : " Saudara2ku yang terkasih, jika kalian tidak segera menghentikan
kekerasan ini, kami berjanji bahwa pertandingan ini adalah pertandingan terakhir kami."
Ary : " Binatang2 yang mengaku
manusia, berhentilah berkelahi. Bumi sudah cukup puas menerima cucuran darah kalian. Ekam Sat Vipraha Bahudha Vadanti. ".*
Tetapi rupanya kerusuhan antar hooligan itu terus berlanjut..................................
==================================
* Kebenaran itu tunggal, walau jalannya
berlainan
|