Ibu..., kenapa kau begitu tega membuangku di tepi nasib. Apakah matahari memang sengaja menghamburkan partikel2 nya untuk
menghidupi tata surya..?, ataukah matahari sudah kehabisan energi dan akan menjadi supernova..?. Melangkah di trotoar2 dekil,
di samping sky craper tempat manusia2 berdasi dan bermobil Mercy. Aku menangis...., akhirnya aku menangis setelah sekian lama
aku selalu sesumbar bahwa danau airmataku sudah kering disedot oleh rahwana2 kehidupan. Aku sadar bahwa tangis terakhirku
adalah tangisku pada ibu, ketika aku tahu bahwa dia akan pergi menemui-Nya, tetapi dia dengan lantang mengundang malaikat
maut, bercanda dengannya, untuk kemudian memeluknya. Sesudah itu aku berjanji untuk tidak menangis, tapi kejadian kemarin
waktu penggerebekan itu benar2 menghancurkan benteng pertahananku.
Tak berapa lama setelah ibu pergi, seorang datang mengusirku. Tidak berhak lagi aku tinggal di kamar kontrakan 3 x 5
meter itu, karena ada orang lain yang bisa membayar dengan teratur dan punya pekerjaan tetap.
======Senyumku telah berkurang satu.
Akupun menggelandang, dengan sedikit uang yang tersisa dan baju sekedarnya, malam itu aku tidur di emperan toko. Dingin
menusuk tulang, karena sang hujan ternyata datang menjemput kekasihnya, bumi yang sudah mulai retak. Aku harus tidur dengan
pakaian basah, tidur....?, aku tidak bisa bilang itu tidur, hanya merebahkan diri, karena pikiranku mengembara menembus batas2
langit.
Pagi datang dengan cepatnya, aku dikagetkan oleh laki2 dengan suara berat, menendang punggungku menyuruhku untuk bangun.
Badannya penuh tattoo, bunga mawar di bahu sebelah kanan, Che Guevara di bahu sebelah kiri (kurang ajar betul preman ini,
menggunakan wajah pahlawan itu untuk menghiasi tubuh setannya), ada tattoo wanita telanjang, dan tak tahu lagi, semua saling
bertumpuk membentuk pemandangan mengerikan.
"Heh, bocah, baru ya..?"
aku diam saja, ketakutan. Aku pun tak tahu maksud pertanyaannya.
"Bangsat, kenapa kau diam saja, bisu...?"
"Tidak..Om"
"Kau baru jadi gelandangan di sini...?"
Aku mengangguk.
"Tanah Abang adalah wilayah kekuasaanku, kau jangan macam2 di sini, sini tasmu..!!!!"
Preman itu merampas tasku, aku tak bisa melawannya, dia terlalu kuat. Digeledahnya semua isi tasku, dan uang beberapa
puluh ribu pun diambilnya. Setelah selesai melakukan razia tasku, dilemparnya tas itu ke mukaku.
==========Senyum berikutnya terambil seorang bajingan
Kulangkahkan kakiku kemana dia mengajak, sampai terasa perutku meronta minta diisi, jam 1 siang kulihat. Tuntutan lambungku
ternyata tak bisa ditawar2 lagi, kulihat ada masjid di ujung jalan. Segera aku menuju ke masjid itu, sholat akan mengurangi
letih dan lapar pikirku. Segera kuminum air jernih itu sepuas2nya, dan aku berwudhu. Sungguh sejuk kurasakan, kuresapi benar2
doaku..
"Tuhan segala yg hidup, jadikanlah aku termasuk orang2 yang bertaubat dan orang2 yang bersuci"
Terbentang sebentar kenangan2 masa lalu, aku begitu bahagia bersama ibu, walau ayah telah tiada, tapi ibu telah bisa
bertindak sebagai ibu dan ayah bagiku. Bertarung melawan ganasnya kehidupan dengan lembut dan elegan.
Rumah Tuhan yang mewah ini sejuk, karena di pojok2nya berputar baling2 kipas angin. Kuangkat kedua tanganku
"Allaahu Akbar" aku pun asyik mahsyuk menelusuri kebesaran-Nya. Jiwaku bergetar, ketika aku berjanji "Sesungguhnya sholatku,
ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untukmu wahai Tuhan seru sekalian alam"
Janji dahsyat yang telah diucapkan miliaran kali tiap hari oleh manusia, tetapi sedikit sekali yang bisa mewujudkannya.
Akupun tidak, Oh Tuhan dosa apa yang harus kami tanggung, berjanji padamu tiap hari, tetapi selalu mengingkari. Ingkar janji
dengan Sang Khalik.., aku tak tahu lagi apakah itu pantas untuk seorang makhluk.
Tak terasa lama sekali aku berdiri menghadap-Nya, tiba2 dari belakang tangan besar menarikku, akupun terseret2 tak karuan....
"Gelandangan, kalau mau berteduh jangan di masjid, ini untuk sholat, lihat pakaianmu yang dekil itu, tidak pantas itu
untuk menghadap Tuhan. Tuhan itu Rabul Jalaal, Maha Indah, hanya menerima yang indah"
"Saya sedang sholat Pak"
"Sudah, kamu jangan alasan, mana ada anak jalanan sholat, kamu pergi sana...!!!!"
Aku didorong pergi oleh orang berjubah putih dan berpeci itu. Pikiranku memberontak, seberapa picik pikiran manusia mengartikan
keindahan Tuhan. Keindahan versi manusia pun dipaksakan menjadi keindahan Tuhan. Aku baru merasakan kebenaran ucapan guru
ngajiku, bahwa masjid yang abadi itu ada dalam hatimu. Sujud yang terbaik itu harus terpendam dalam dadamu. Rumah Tuhan bukanlah
tembok, tapi jiwa.
====senyumku dirampas lagi oleh setan berbaju kebaikan
Hari pun cepat menjemput senja, tuk kemudian menyerahkan estafet kepada malam. Hari pertamaku sebagai seorang gelandangan.
Aku sudah mulai menemukan irama hidup, aku bekerja sebagai tukang semir sepatu, kalau sempat aku pun menawarkan jasa
membersihkan mobil kepada orang2 yang aku semir sepatunya. Aku masih mencoba tabah menghadapi hidup, mencoba tersenyum walaupun
getir, mencoba bahagia walaupun sengsara.
Hingga malam petaka itu datang, kami digerebek. Semua dimasukkan ke truk dan kami dibawa ke suatu tempat yang kami tidak
ketahui, hanya yang pasti di luar kota. Operasi gabungan antara Tramtib dan Tentara itu mendadak sekali, sehingga kami pun
tak sempat menyelamatkan sedikit barang2 yang kami simpan selama ini.
Barang2 kami semua diangkut, yang berharga diambili, yang tidak dibuang entah kemana. Kami diinterogasi seperti residivis
yang berlumuran darah baru membunuh korbannya, dipukul, ditendang, dan yang lebih menyakitkan beberapa di antara kami disodomi
dan beberapa yang cewek diperkosa. Dan satu diantaranya adalah aku, Oh Tuhan kenapa perbuatan terkutuk itu terjadi padaku.
Apakah Sodom dan Gomora tidak cukup Kau hancurkan..?
Duniaku hancur, tinggal bayang2 gelap, setan demi setan, rahwana demi rahwana, Dewa Perang Ares telah turun lagi ke bumi,
dan merenggut senyum terakhirku.