Matahari perlahan berjalan anggun meninggalkan tempat tidurnya, burung2 berteriak2 kegirangan bak pororoco*,
ehmmm.., senyum Ita sudah menghiasi pagiku. Aku masih mengusap2 mataku, menghilangkan sisa2 tidur yang masih terpampang
di mata. Dia berjingkat2 menggandeng tanganku, mengantarkanku ke kamar mandi, sehelai handuk putih yang sudah disiapkannya dari
tadi disampirkan di pundakku.
"Sana mandi....., biar bau pete campur jengkolnya hilang" Ita mendorongku masuk ke kamar mandi
sambil tertawa renyah, dan segera menutup pintunya.
Ah Ita selalu datang pagi2 sekali ke rumahku kalau hari Minggu, sejak kejadian sore itu, dia semakin manja
denganku, dia bilang bahwa dia lebih nyaman bersamaku, bisa mengolok2 aku, bisa bercanda bebas seperti monyet2 kecil, mencubit2
sekujur tubuhku sampe biru, tanpa takut sama sekali bahwa aku akan marah, karena aku memang tidak bisa marah. Dia bilang juga
kalau dia banyak mau belajar dari aku, belajar menghargai hidup, belajar mencintai kesederhanaan, belajar mandiri dan tidak
menggantungkan diri pada orang lain. Lagi2 aku cuman bengong saat dia bilang seperti itu, bukankah itu sangat berlebihan untuk
diucapkan kepadaku, seakan2 aku telah menjadi seorang Winnetou**, pemuda berkulit merah sang pembela kebenaran.
Ibuku selalu bilang untuk berhati2 dengan wanita yang sedang jatuh cinta, karena cinta seorang wanita itu
bagaikan cinta seekor anjing terhadap tuannya. Suka dan lara akan rela dijalaninya ketika wanita merasa sudah menemukan seorang
pria yang patut dicintainya. Dia akan mengikutimu kemanapun engkau pergi, walaupun mungkin itu bisa membahayakan dirinya sendiri.
Teman2 satu fakultas gempar, berita bahwa aku pacaran dengan Ita sudah merebak ke mana2. Banyak di antara
mereka yang mencibir, mereka bilang hubungan kami tidak akan berjalan lama. Mereka seakan telah pernah membaca Serat
Jayabaya masa depan hubungan kami. Ada pula beberapa yang memberi ucapan selamat, mereka bilang hubungan kami adalah
hubungan petir, hubungan yang menyatukan antara bumi dan langit, hubungan antara Shrek dan Putri Fiona, dan itu patut
dirayakan, karena hubungan seperti ini sangat jarang ditemukan di jagad raya.
Hubungan kami ternyata berjalan lancar2 saja, sampai suatu saat aku bertemu dengan tetangga baruku,
dia pindah dari kota L karena bapaknya lebih merasa cocok untuk menjalankan bisnis di kotaku, dan mereka membeli rumah
persis di depan rumahku. Suatu sore mereka mengenalkan diri pada keluarga kami, lengkap dengan seluruh anggota keluarga,
aku pikir2 keluarga ini contoh keluarga berencana yang sukses, salah satu dari sedikit program yang cukup bagus yang diluncurkan
oleh rejim fasis Suharto. Bagaimana tidak, mereka adalah keluarga yang terdiri dari 4 anggota keluarga, ayah, ibu, dan
2 anak. Seorang anak perempuan dan seorang anak laki2. Perkenalan mereka cukup singkat, sampai aku sendiri tidak jelas mengingat
nama2 mereka, tapi ada semacam kekuatan yang menyihirku sehingga malam itu aku tidak bisa tidur, dalam perkenalan itu aku
sempat bertatap pandang dengan gadis tetangga baruku itu, dia yang hanya diam saja sambil hanya sesekali tersenyum kalau ada
pembicaraan antara bapak ibuku dan bapak ibunya dia yang lucu. Dia tidak berbicara sepatah katapun. Aku tidak tahu, hatiku
mengatakan bahwa gadis ini mempunyai kekuatan yang tidak dipunyai oleh gadis2 lain. Kekuatan magis-nya telah menyihirku semalam
penuh tanpa aku bisa melawannya, sedikitpun tidak.
Hari berikutnya, saat aku sedang asyik2nya membaca kisah2 petualangan anak2 nya Leo Tolstoy*** di
depan rumah, gadis yang kemarin itu berjalan seperti macan luwe (singa lapar=jawa) menuju ke arah rumah kami, rambut hitam
sepunggungnya tampak mengkilat2 dibelai sang mentari, dia membawa nampan kecil...........
"Assalamu alaykum......, Kakak...ibu ada di rumah....?"
aku geragapan, walau aku sudah melihatnya dari jauh dari tadi, tapi toch aku grogi melihatnya...
"Eh...ehmm...anu....ibu lagi di belakang, mau dipanggilkan...?"
"Kalau kakak tidak berkeberatan"
Aku bergegas pergi kebelakang, mendapatkan ibuku sedang membikin sambal pecel untuk makan nanti malam. Karena
langkahku terburu2 kaya dikejar hansip, kakiku menabrak kaki meja dan aku hampir saja jatuh terjungkal di dapur. Ibuku menoleh
sambil geleng2...
"Bu, ada anaknya tetangga depan rumah itu datang, itu lho anaknya yang perempuan"
Ibu segera bangkit dari kesibukannya dan langsung menuju ke depan rumah...
"Eeehhh....Nak....!!!" kata2 ibu tersendat, sepertinya ibu lupa nama gadis itu.
"Aisya Bu, nama saya Aisya..."
"Oh ya Aisya, saya lupa lagi namanya, silahkan masuk Nak Aisya...., Arya ini gimana...ada tamu koq nggak
dipersilahkan masuk."
"Emmhh..anu Bu...!!"aku jadi bingung ibu bilang begitu, tapi belum selesai kalimatku sudah dipotong oleh
ibu lagi.
"Ada perlu apa Nak Aisya, ada yang perlu kami bantu..?
"Tidak koq Bu, saya hanya mengantarkan kue jajan buatan Mama untuk Ibu dan keluarga"
"Wah terima kasih sekali, sungguh bahagia kami mendapatkan tetangga baru yang begitu baik, repot2 sekali
Mamamu membuat kue buat kami, Arya temenin Nak Aisya ngobrol yach, Ibu mau ke belakang sebentar nyelesaiin sambelnya Ibu sama
masukin kuenya ke kulkas buat buka puasa kamu nanti sore"
Ah Ibu...., kenapa kami ditinggalkan berdua...
ruang tamu jadi sangat hening, sampai kudengar detik2 jarum jam mewarnai keheningan, kulihat sekilas Aisya
juga cuma menundukkan muka, aku juga diam seribu bahasa. Aku tiba2 saja blank tidak tahu harus bilang apa.
5 menit berlalu tanpa sepatah katapun, aku mulai tidak enak pada diriku sendiri, bukankah ibu tadi bilang
kalau aku disuruh nemenin ngobrol dia. Ah.., aku lupa...aku bisa nawarin minum..
"Ehmmm, A..."belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, ibu sudah datang dari belakang.
"Lho, koq diem2 an aja berdua, Nak Aisya mau minum apa..?
Nah kan.., ibu mendahuluiku lagi...
"Makasih Ibu, saya mau permisi dulu, maaf musti nemenin Mama nyiapin buat ulang tahun adik saya Bayu besok."
Akhirnya Aisya pamitan dan meninggalkan rumah kami, aku menyesal sejadi2nya karena melewatkan kesempatan
ngobrol sama dia tadi.
Tibalah saat berbuka, aku mengambil air teh yang sudah dibuatkan oleh ibu dan segera kuminum tandas karena
sangking hausnya, dan ibu segera memberikan kue yang dibawa Aisya barusan. Ibu segera menyuruhku makan, tetapi aku tidak punya
nafsu makan, aku teringat2 kejadian di ruang tamu tadi saja. Sehabis sholat maghrib, Ibu memanggil aku ke kamarnya....
"Arya, kamu baik2 saja...?"
Aku cium tangan ibuku dan aku menganggukkan kepala...pertanyaan ibuku yg sederhana ini menandakan bahwa
dia sudah tahu gejolak dalam hatiku.
"Arya, ingatlah...cinta laki2 itu seperti kucing, yang akan hinggap kemanapun dan ke siapapun yang memanjakannya.
Kucing akan makan pemberian tuannya dengan lahap dan kadang2 mencuri yang bukan haknya.
Tetapi kucing yang bijaksana akan tahu mana makanan yang seharusnya dia makan dan mana yang harus dia hindari.
Pria yang bijaksana pun akan tahu membedakan antara wanita dan perempuan biasa."
Aku hanya bisa mengangguk atas nasihat ibuku. Ibu seakan tahu kemana darahku akan mengalir, seberapa cepat
detak jantungku berdenyut. Aku cium tangan ibuku sekali lagi sebagai rasa terima kasih atas kata2 bijaknya yang baru
kudapat.
Hari2 berlalu dengan cepatnya, hari2 ku diisi dengan canda tawa Ita yang tak ada henti2nya. Tapi hatiku
tak bisa lepas dari sosok Aisya yang semakin lama semakin kusadari bahwa Aisya lah yang dimaksudkan Ibu sebagai wanita.
Aku tahu itu dari perbincangan2 ibunya Aisya dan ibuku. Aisya adalah gadis yang sangat cerdas, berbudi halus bak
Putri Solo baru turun dari taksi eh salah ..dari kereta kencana, berprestasi di sekolahnya, kepandaiannya dalam seni
tak usah diragukan lagi.
Dan semakin lama juga semakin kusadari, bahwa Ita adalah perempuan biasa, dia mungkin luar biasa di mata orang2,
tapi sejatinya dia adalah perempuan biasa. Akhir2 ini dia sering menuntutku untuk berpakaian lebih perlente, menuntutku untuk
kongkow2 di mall, menuntutku untuk mengecat vespa bututku biar kelihatan lebih bagus, mengganti joknya, dan sebagainya dan
sebagainya.
Aku kembali teringat pesan ibuku beberapa bulan lalu, ibu bilang bahwa kebanyakan kaum perempuan terutama
yang muda akan lebih cenderung mencintai laki2 dan bukan pria. Karena laki2 membuatnya tertawa2, sedangkan pria membuatnya
tersenyum gembira, karena laki2 menyajikan hiburan semata, sedangkan pria memberikan nasihat2 bermakna. Karena laki2 mempunyai
lengan perkasa dan kuda2 bermesin, sedangkan pria hanya menawarkan kesederhanaan dan kasih sayang. Karena laki2 memanjakannya
dengan perhiasan dan kemewahan, sedangkan pria memujanya dengan kata2 dan pujian.
Ah...seandainya Aisya tahu bahwa aku sangat mencintainya.
Je t'aime.....alizee
* pororoco = suara keras yang ditimbulkan oleh bertemunya aliran air tawar sungai Amazon dengan air laut
Samudra Atlantik.
** Winnetou = seorang pemuda Indian yang menjadi tokoh utama dalam beberapa karya Karl May, seorang penulis
Jerman.
*** Leo Tolstoy = salah satu pengarang terbesar Rusia