Kucium lagi bau tanah kampungku....., perpaduan indah antara bau tanah dan daun2 kering, tanah2 mulai retak menunggu
uluran hujan, yah mungkin sudah berbulan2 mendung2 itu hanya berarak2 kesana kemari tanpa mau membagikan rintik2 keindahan
dan harapan ke bawah, daun2 mulai mengering, sekering hatiku dulu waktu meninggalkan kampung yang telah membentuk
jiwa dan ragaku ini.
Kulihat kanan kiri, tersenyum aku....., wajah2 keriput para tetanggaku ternyata tak kehilangan berjuta keramahan, kerasnya
kehidupan yang mereka jalani tak membuat hati mereka ikut mengeras. Kontras sekali dengan kehidupan kota yang baru saja aku
tinggalkan beberapa saat, hampir setiap wajah seakan mau menerkamku, mengambil sesuatu yang berharga yang aku punyai. Langkahku
semakin kupercepat, kerikil2 kecil sudah menggoda kakiku untuk segera menyambut dan menjemput bulatan dan lancip mereka. Hatiku
sudah meluap, mendesis dan meronta, ingin memeluk seseorang yang telah memberi aliran ilham dan cinta kepada seorang aku.
"Assalamu alaykum....." suaraku parau karena agak kehausan.
Seorang perempuan beramput panjang muncul, kulitnya yang sudah kelihatan keriput tampak cerah, aku melihat sejenak matanya
mulai berkaca2.....aku berlari ke arahnya....
Tanpa sadar telah terengkuh aku dalam pelukannya, pelukan yang telah menenangkanku selama bertahun2, pelukan yang lebih
indah dan lebih nyaman dari pelukan kekasih2ku. Pelukan yang hanya dipunyai oleh sosok perempuan di depanku ini. Wajahku diciuminya
hingga tak tak ada sedikitpun bagian yang terlewatkan.
Aku mencoba mengucapkan kata2, tapi tak bisa, ku raih tangan kecilnya, jemarinya yang panjang seperti jari jemariku kucium,
lalu aku bersimpuh.................
"Ibu................" suaraku lirih sekali, selirih sewaktu aku masih dalam kandungannya. Aku peluk pinggangnya dan tak
terasa butiran air bening mulai keluar dari mataku. Aku seolah kembali dari pengembaraan sangat panjang, badanku lelah sungguh,
tulang2 ku sudah mulai kehilangan kerasnya, jiwaku kering dihisap hantu2 kota, aku lelah ibu........
Rambutku diusap2nya, seperti kebiasaannya dulu. Tidak tahu mengapa..., seolah tak mampu lagi aku berdiri, oh siapakah
lagi yang akan mengusapku dengan kedamaian surga jika tidak sosok perempuan di depanku ini. Kudongakkan kepalaku, airmata
masih membasahi pipinya, kusapukan tanganku di pipinya, kuberdiri dan kumembimbingnya masuk ke dalam. Istana yang terlalu
sederhana untuk seorang perempuan mulia ini, suatu saat akan kubangunkan yang lebih sesuai untuk kemuliaanmu bunda....
Kulepas sepatuku, jari2 kaki dan telapakku berteriak2 kegirangan, menemukan kembali kekasihnya yang telah lama ditinggal
pergi, dan teriakan2nya semakin keras mengajak aku keluar dan menemui kekasih2nya yang lain. Segera setelah meminta ijin ibu,
melesat aku menuju petak2 sawah yang masih berbau daun padi kering yang habis dibakar. Kutarik nafasku dalam2.......kukeluarkan
pelan2......kutarik lagi....kuhembuskan lagi.......beberapa saat lamanya aku mengalami 'trance' ......, lepas dari segala
beban, aku hilang di tengah teriakan, aku tiada ditengah2 manusia.........
Semilir sang bayu membelai rambut panjangku, membisikkan sedikit asa alam yang masih tersisa, kunaikkan kedua tanganku
ke atas mengikuti nafasku, hatiku terpejam dan mataku menembus segala batas....
waktu berhenti, suara2 mulai mati, tubuhku tak bernyawa lagi, jiwaku pergi sejenak menyusuri desiran sunyi, semua bergerak
tapi tak menimbulkan bunyi, lepas dan terbang.......sewarna alam, sebiru langit, sedamai jiwa, sesejuk senyum bunda......
* cerpen ritual dan spiritual setiap aku pulang