Rintik hujan semakin deras, aku hanya berdiri menunggu di bawah pohon yang rindang. Arlojiku sudah menunjukkan
angka 5 sore, pertanda sejam sudah aku menunggu Ita...., kemanakah gerangan anak ini..?. Kejadian yang sering berulang memang,
dia sering telat karena kesibukan yang memang kadang susah ditinggalkan. Begitulah susahnya punya pacar model, kalau pemotretan
belum selesai belum bisa meninggalkan site.
Ita, gadis yang tinggi semampai ini sudah beberapa bulan menjadi kekasihku. Waktu itu secara tidak
sengaja bertemu dia di lokasi pemotretan, aku mengantarkan catering untuk mereka. Ita yang waktu itu sudah kelihatan
lapar banget datang cepat2 merebut rantang makanan yang aku pegang, aku yang baru masuk ruangan itu cuman bisa bengong. Rantang
segera dia buka, dan dia makan dengan lahapnya....
"Eh Mas, jadi lupa nawarin..., makan yuk...!!!"
"Terima kasih, aku udah habis makan tadi, lagian kan kamu kelihatan kelaparan, nggak baik ngurangin jatah
makan kamu."
"Nggak apa2 koq, paling aku juga nggak habis, keep on the line bo', nggak boleh makan banyak2" sambil memperlihatkan
pinggangnya yang ramping dia ngrelain berdiri muter2 di depanku. Aku cuman bisa mupenk ngliatnya.
"Ayo...ikut makan.."
Gadis ini baik sekali pikirku, belum saja kenal sudah mau ngajak makan sama2, serantang bersama lagi. Aku
muter otak, ah aku tadi lupa mandi, eh bukannya lupa aku memang males mandi, udah gitu gak pake parfum lagi. Pasti baunya
minta ampun, cuaca panas kaya gini. Ah peduli amat, akhirnya kuberanikan diriku duduk bersila didepannya ngadepin itu rantang
berdua.
"Mas, bau euy..., blon mandi yach..?'' nah kan baru aja aku duduk, dia udah protes.
"Eh nggak apa2 koq Mas, biasa lagi klo lagi panas kaya hari ini.." dia meralat ucapannya yang barusan kaya
petir menyambar ubun2ku, sambil tersenyum manis.., manissss sekali....
Di sampingku si fotografer kelihatan agak kurang ramah denganku, dari tadi dia cuma diam seribu bahasa.
Mungkin sakit gigi, atau memang dia biasa jualan senyum seribu perakan aku juga nggak tahu. Akhirnya aku ikut makan juga,
sambil sesekali ngelirik si model yang suka cuap2 itu. Ah ngimpi apa aku tadi malam, bisa ketemu bidadari seramah ini. Ah
iya, aku ngimpi kejar2 an sama maling..., loh koq jadinya ketemu sama gadis, joko sembung bawa golok amat ya', sama sekali
gak ada nyambungnya. Kalau Om-ku aku ceritain, dia pasti langsung buka primbon kebanggaannya itu. Kalau ngimpinya ini, artinya
inilah, nomornya inilah, pantangannya itulah, ah sampe ngantuk aku kalau ngomong sama dia. Sangking percayanya dia ama itu
primbon, membawa istrinya ke rumah sakit aja perlu2 nya milih hari yang baik.
Begitulah awal yang indah sekaligus memalukan itu, karena perusahaan mereka langganan dengan catering
ibuku, jadilah aku kurir yang tiap hari harus nganterin makanan2 itu. Dan aku sering ketemu dia, yang belakangan aku ketahui
bernama Ratna Sita Amalia. Kita sering bercanda, kadang sampe kelewatan, sampe kadang aku sedikit jengkel, habisnya mentang2
dia cantik rupawan dan harum menawan, selalu ngejekin aku yang belum mandi lah, parfumnya bau sapi lah, kulitnya kaya kuda
nil lah, yang kalau aku inget2 semua bisa sakit hati aku.
Dia ini hp-nya gak pernah berhenti berdering, kecuali klo lagi pemotretan, yang malam ini diajak nonton
film, ditraktir di restoran yang mahalnya amit2, diajakin nonton konser, pokoknya gak ada berhentinya. Aku yang dicritain,
cuman tambah melongo aja, nggak tau musti bilang apa. Sampai suatu sore, ketika aku nganterin rantang lagi, mukanya sembab,
kaya mau nangis..., aku jadi salting, cuap2nya hilang sama sekali...
Aku serahin rantang itu ama fotografer itu, trus sama Ita, dia mandang aku sebentar, dan lihat jam tangan
Swatch merah mudanya ..
"Mas, boleh sore ini minta tolong dianterin ke rumah..?"
Aku gelagapan, nggak siap dengan pertanyaan semacam itu..
"Kamu tahu kan klo aku naik vespa butut..?"
"Memang kenapa...?, aku cuman minta dianterin ke rumah, mau pake dokar kek, mau jalan kaki kek, mau dinaikin
bajaj kek, mau nganterin aku nggak...?"
"Maunya sih mau, tapi aku minta bayar..."
"Berapa...?, asal jangan mahal2 yach.."
"Bayarannya kamu senyum sama aku satu menit...."
"Ah curang..., curang...!!!", cubitannya mendarat di pinggangku, waduh sakit sekali.
"Deal..?"
"Oke dech, tapi bayarnya besok ya jangan sekarang, aku lagi bete nih."
Setelah sesi pemotretan selesai, aku pun mengantarkan dia pulang dengan vespa bututku, baru aja mau naik
motor Ita menangis terisak2, nah aku salting lagi...
"Ada apa Ita..? tanyaku hati-hati
"Aku benci..benci...aku benci hidup.."
sumpah, aku tambah bingung dengan ucapannya itu. Menghambur dia didadaku, genggamannya memukul2 dadaku,
wah Ita ini apa nggak tahu apa kalau aku bukan olahragawan yang punya dada bidang, lagian aku kan nggak salah sama dia, kenapa
aku yang dipukulin. Cacingan deh gue eh kasihan deh gue. Ah tapi aku diam saja, aku biarkan dia nangis dulu, biar amarahnya
sedikit reda. Setelah menangis beberapa lama, aku peluk dia dan kududukkan di sadel vespaku yang udah mulai robek di sana
sini.
"Kamu ada masalah apa Ita?"
"Aku benci..., cowok2 itu pada ngejar2 aku karena penampilan lahiriahku saja, mereka sama sekali tidak ada
yang ngerti aku, diajak yang hura2 saja, ketika aku ada masalah tidak ada yang mau ngedengerin."
Ah, ternyata tentang cowok to..., aku tahu memang ini gadis yang suka banyak, ya terang lah udah cantik,
model, baik lagi, trus gampang bergaul, dan nggak sombong. Kebanyakan mereka org2 tajir lah, tentengannya hp terbaru, tongkrongannya
mobil2 mengkilap, tapi yah itu memang nasibnya Ita kali yach.
"Mereka bilang cinta denganku, tapi aku tahu mereka tidak ada yang serius, jika saja aku tidak cantik mereka
pasti tidak ada yang mau mendekatiku. Ego cowok terlalu tinggi, maunya menang sendiri, kalau butuh saja merengek2 datang,
kalau sudah tidak butuh, telfon aja nggak pernah."
Ita sudah menyerang kaumku ini, walah walah tapi biarlah yang penting aku tidak merasa demikian. Aku dengerin
saja....
"Maunya aku nurut sama dia, emang jaman Siti Nurbaya apa, wanita harus monggo kerso sama laki2, kita hanya
jadi suboordinatnya, terus dunianya hedonis banget, pandangannya profan, kita kan sudah merdeka dari pemikiran konservatif"
Aku sedikit tersentak, gadis ini ternyata pinter juga, nggak tahu seberapa jauh, tapi kayaknya akrab dengan
dunia feminisme. Aku beranikan ambil tissue di tangannya, dan aku hapus sedikit demi sedikit air matanya.
"Sudah marahnya..?" aku berhadapan muka sambil tersenyum sekenaku, aku tahu nggak manis tapi ya sudahlah
yang penting kan senyum.
Eh dianya mulai tersenyum...., singa betina yang tadi lapar siap merobek2 mangsa sudah mulai menyurutkan
taringnya.
"Tidak selamanya dunia ini seperti yang kita kehendaki, karena idealisme harus selalu berhadapan realita,
duniamupun begitu nona manis, cobalah belajar dari apa yang dibentangkan Tuhan buat kita, jangan menyerah ketika kita tenggelam,
ambillah sedikit hikmah dari pengalaman itu."
Ita tersenyum lagi, dan...mmhhh...dia mencium aku.
Bumi gonjang-ganjing, langit kelap2 katon
Pourquoi Avenez
avec moi.......ma chere