Tuhanku yang begitu sombong
membiarkan manusia dalam kebodohannya
membiarkan manusia dalam ketidaktahuannya
Tuhanku yang begitu sombong
tidak pernah memberi titik terang
sehingga manusia menjadi sering melanglang
hanya untuk akhirnya mengobarkan perang
Tuhanku yang begitu sombong
bagi-Nya tangis bukanlah sebuah perlambang kesedihan
bagi-Nya ratap bukanlah tanda ketidakbahagiaan
bagi-Nya kita adalah kelinci percobaan
Dia begitu saja meninggalkan kita
walau kita mati2 an mendekati-Nya
Dia hanya menggantung di gelayutan peradaban
dan membiarkan diri-Nya dijadikan alasan untuk menumpahkan darah
membiarkan diri-Nya menjadi kawah kebingungan manusia2 pilihan
membiarkan diri-Nya tetap misteri yang tak pernah terungkapkan
Tuhan ........Tuhan.........
kepada siapa lagi aku akan mengungkapkan kejengkelanku
selain kepada diri-Mu
kepada manusia2 itu
tidak mungkin Tuhan
mereka pun tidak tahu
mereka hanya pura2 tahu
kepada tingkah laku mereka
lebih mustahil lagi Tuhan
mereka merasa benar dengan tingkah lakunya
Engkau begitu sombong di singgasana-Mu
Engkau teramat mulia untuk memberi lebih banyak kepada hewan berotak semacam kami
bahkan kebahagiaan pun harus kami cari sendiri
terlalu sedikit yang kami dapatkan dari-Mu
walau banyak di antara kami berusaha menganggapnya cukup
terlalu jauh perjalanan yang kami harus tempuh
bahkan umur kamipun tak berarti2 apa2 terhadap perjalanan itu
Engkau terlalu sombong Tuhan
dan kesombongan-Mu menjadi warna semesta
tapi biarlah aku menangis di hadapan-Mu
agar kejengkelanku segera sembuh
dan aku menjadi sadar akan penderitaan peradaban
penderitaan seluruh alam
penderitaan yang disebabkan oleh kesombongan-Mu
walaupun aku tahu pasti
jika air mataku habis
masih takkan berarti apa2
Engkau tetap sombong
Engkau tetap Tuhan
Engkau tetap nun jauh di sana
catatan penulis :
puisi ini murni perasaan penulis tanpa ingin menyinggung perasaan siapapun