Sejak jaman baheula wanita selalu menjadi warga
kelas dua, menjadi sub ordinasi dari kaum yang bernama laki2. Para wanita dianggap mempunyai peran yang lebih sedikit atau
bahkan tidak punya peran sama sekali dalam keluarga dan masyarakat. Ini disebabkan dunia oleh dunia yang kita huni adalah
dunia patriarki, sebuah dunia maskulin, dunia laki2. Karena secara fisik laki2 lebih kuat daripada wanita, pada awal2 peradaban,
laki2 sengaja memarjinalkan (meminggirkan) posisi wanita. Dan hal ini menjadi
preseden buruk yang sampai sekarang masih kita rasakan. Tidak hanya laki2 saja yang menganggap demikian, celakanya wanita
pun termakan oleh budaya itu, sebagai sebuah dogma yang turun temurun yang terlanjur tertanam di alam bawah sadar.
Wanita dapat membebaskan diri dari belenggu
ini, kenapa tidak....? ini adalah tanggung jawab zaman dan tanggung jawab kita bersama untuk menghapus semua warisan2 dogma
yang sudah usang dan tidak rasional lagi.
Ini yang kurang kita sadari, pembebasan wanita
berarti pula pembebasan laki2. Pembebasan laki2 dari fungsi tulang punggung segalanya, pembebasan dari maskulinisme. Pembebasan
laki2 dari mimpi2 masa lalu.
Perjuangan menuju persamaan hak telah berkumandang
sejak ribuan tahun lalu, bukannnya tanpa hasil. Wanita telah berada dalam posisi yang lebih baik sekarang ini, tapi tunggu
dulu, tidak semua wanita menikmatinya. Masih ada milyaran wanita yang masih terkungkung oleh sistem patriarki mutlak, yang
masih tidak tahu harus berbuat apa ketika nyata2 masih ada penindasan struktural kepada hak mereka sebagai manusia.
Kita hidup di zaman kapitalisme, zaman di mana
kelihatan jelas antara winner and looser. Zaman penuh perang, kemiskinan,
dan ketidak adilan. Jika zaman dahulu berlaku hukum rimba dalam arti yang riil, siapa yang lebih kuat dialah yang menang dan
berkuasa, zaman sekarang bukannya bertambah baik, keadaan semakin memburuk karena hukum rimba itu menjadi lebih sistematik
dan sempurna. Tata dunia dikuasai oleh orang2 oportunis yang melakukan apa saja dengan kemampuan dan kepandaian mereka untuk
kepentingan mereka sendiri.
Kapitalisme adalah ekonomi macho, ekonomi yang
masih didasarkan atas dasar hukum rimba, survival of the fittest, sebuah lawan dari ekonomi yang lebih mengedepankan
kerja sama, rasa saling cinta, rasa saling membantu, perasaan senasib sepenanggungan.
Feminisme adalah paham anti macho, paham yang
luas yang ditujukan tidak hanya bagi wanita, tetapi juga bagi anak2 dan laki2. Dan feminisme baru akan berhasil ketika dunia
yang kita huni ini adalah dunia yang nyaman buat siapapun, tanpa perduli jenis kelamin, tanpa perduli ras, tanpa perduli bangsa,
tanpa perduli layer2 (tumpukan2 batas) apapun yang membelenggu. Dan feminisme tidak hanya harus diperjuangkan oleh wanita,
laki2 pun harus memperjuangkan nilai2 universal feminisme, nilai2 yang sama2 bernilai pembebasan bagi laki2 atapun wanita.
Silahkan wanita berjalan2 di pasar, silahkan
wanita tidak memakai kerudung, silahkan wanita menjadi presiden, silahkan wanita bekerja, silahkan wanita berkarya, struktur
masyarakat kita harus dibuat sekondusif mungkin untuk perkembangan wanita meraih masa depan yang lebih baik. Semua itu adalah
pilihan pribadi, selayaknya agama, wanita berhak memilih apa yang terbaik buat mereka. Tanpa mengurangi kewanitaan mereka
yang penuh kasih sayang dan kelembutan, tanpa perlu bersifat macho, wanita bisa menaiki tangga2 sukses.
Bicara tentang idealisme ke depan, feminisme
seharusnya menemukan titik cerah berangkat dari kenyataan bahwa awal abad baru ini merupakan abad komunikasi. Komunikasi.....kuncinya
adalah komunikasi. Abad industrialisasi yang dimulai awal abad 19-an membutuhkan tenaga2 kuat dan pekerja keras untuk mencapai
efisiensi dan efektifitas yang tinggi, ketika industrialisasi sudah berjalan dengan baik, dan diakselerasi dengan mekanisasi
dan komputerisasi, kebutuhan akan tenaga kerja dengan kekuatan fisik pun dengan sendirinya akan berkurang. Faktor tenaga kerja
akan lebih dibutuhkan dalam pemasaran produk2 yang telah dibuat, kebutuhan akan lebih ditekankan kepada polesan2 akhir sebuah
produk yang butuh cita rasa seni dan keindahan. Hal yang terpenting dalam pemasaran adalah komunikasi, bagaimana menciptakan
sebuah image tentang sebuah produk agar konsumen menjadi tertarik dan membeli produk tsb. Dan bukan rahasia lagi, salah satu
kelebihan wanita adalah dalam berkomunikasi. Kesempatan akan terbuka semakin lebar untuk berjuang menuju cita2 feminisme.
Satu yang juga perlu diperhatikan, jika kita
tidak setuju dengan patriarki mutlak, hendaknya pula jangan setuju dengan matriarki mutlak, jika kita tidak setuju dengan
anarkha maskulinisme, hendaknya pula jangan setuju dengan anarkha feminisme.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat akan tokoh
laki2 yang berjasa terhadap peradaban dunia, tokoh2 wanita semacam Siti Aisyah, Bunda
Teresa, Margaret Tatcher, Marie Curie, Fatima Mernissi, Shirim Ebadi, dan tak terhitung tokoh2 yang lain adalah bukti bahwa
wanita bisa bertindak, wanita bisa bergerak, wanita bisa meledak, wanita sanggup menjadi penggerak peradaban. Tantangan, cemoohan,
dan tekanan bukanlah alasan untuk diam, tapi menjadi landasan untuk maju ke depan.
Sekedar coretan untuk memperingati Hari Wanita Internasional 8 Maret